Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perang Dagang, Amerika Serikat Ingin Dialog Lagi dengan Cina

image-gnews
Bendera Republik Rakyat Cina dan bendera AS berkibar di tiang lampu di sepanjang jalan Pennsylvania Avenue dekat Capitol AS selama kunjungan kenegaraan Presiden China Hu Jintao, di Washington, DC, Amerika Serikat, 18 Januari 2011.[REUTERS/Hyungwon Kang]
Bendera Republik Rakyat Cina dan bendera AS berkibar di tiang lampu di sepanjang jalan Pennsylvania Avenue dekat Capitol AS selama kunjungan kenegaraan Presiden China Hu Jintao, di Washington, DC, Amerika Serikat, 18 Januari 2011.[REUTERS/Hyungwon Kang]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat berharap bisa kembali melakukan pembicaraan dengan Cina membahas perang dagang kedua negara. Keinginan itu tercetus setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping dijadwalkan bertemu di pertemuan tingkat tinggi atau KTT G20 di Jepang, Sabtu, 29 Juni 2019.

Sumber di pemerintah Amerika Serikat pada Selasa, 25 Juni 2019, mengatakan walau pun Amerika Serikat sangat ingin berunding dengan Cina, Washington tidak akan menerima syarat apapun dari Beijing untuk mengendurkan tarif impor atas barang-barang dari Cina. Amerika Serikat dan Cina dalam beberapa bulan terakhir terlibat dalam sebuah sengketa perang dagang.

Presiden Trump mengancam akan mengenakan tarif pada barang-barang asal Cina total senilai US$ 325 miliar atau Rp 4.607 triliun. Barang-barang impor asal Cina itu diantarnya ponsel, komputer, dan pakaian. Amerika Serikat mengibarkan perang dagang dengan Cina karena kecewa dengan cara berbisnis Cina.

Baca juga:Ditanya Masukan untuk Indonesia, Bank Dunia Ingatkan Ada Awan Hitam

Sumber di pemerintah Amerika Serikat mengatakan kedua negara saat ini sepakat untuk tidak menerapkan tarif baru menyusul itikad Cina - Amerika Serikat untuk melakukan negosiasi. Kendati begitu, masih belum diketahui apakah negosiasi itu akan betul-betul dilakukan. Sebab Amerika Serikat ingin Beijing kembali ke meja perundingan sambil membawa janji tidak akan menarik tarif impor barang-barang dari Amerika Serikat ke negara itu sebelum pembicaraan dilakukan.

Baca juga:Perang Dagang AS - Cina Memanas, Perundingan Gagal Tercapai

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cina belum menanggapi keinginan Amerika Serikat, bahkan belum memperlihatkan tanda-tanda melunak sikapnya. Beijing pada Senin lalu mengatakan kedua belah pihak harus membuat sejumlah kompromi dan kesepakatan dagang harus membawa manfaat bagi Cina - Amerika Serikat.

Wakil Perdana Menteri Cina Liu Hue, yang telah memimpin pembicaraan mengenai masalah ini, melakukan pembicaraan pertelepon dengan delegasi Kamar Dagang Amerika Serikat Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin. Ketiganya pada akhir pekan ini sepakat melakukan pembicaraan tahap awal soal hubungan dagang Amerika Serikat - Cina.

Sejauh ini, ekspektasi pertemuan tersebut akan membuahkan hasil sangat tipis. Kemungkinan terbaiknya, pembicaraan dagang dapat berlanjut sehingga dapat melegakan ketakutan pasar akan perang dagang antar kedua negara yang telah memukul pasar global dan menciderai ekonomi dunia.

RISANDA ADHI PRATAMA | REUTERS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

34 menit lalu

Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berjalan melewati barisan tiang menuju Oval Office di Gedung Putih di Washington, AS, 13 Januari 2023. T.J. Kirkpatrick/Pool melalui REUTERS
Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.


Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

5 jam lalu

Presiden AS Joe Biden saat kunjungannya di Chavis Community Center di Raleigh, North Carolina, AS, 26 Maret 2024. REUTERS/Elizabeth Frant
Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.


Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

5 jam lalu

Ilustrasi internet. (abc.net.au)
Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media


Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

6 jam lalu

Pengolahan bijih nikel di smelter feronikel PT Antam Tbk di Kolaka, Sulawesi Tenggara. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.


Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

10 jam lalu

Sebuah mesin bekerja untuk mengurangi polusi dipasang di sekitar area konstruksi saat polusi udara menyelimuti wilayah Beijing, Cina, 18 Desember 2016. REUTERS/Stringer
Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.


Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

13 jam lalu

Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters. REUTERS
Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".


Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Bendera Korea Utara berkibar di samping kawat berduri di kedutaan besar Korea Utara di Kuala Lumpur, Malaysia, 9 Maret 2017. [REUTERS / Edgar Su]
Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.


Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Ilustrasi gelombang panas ekstrem.[Khaleej Times/REUTERS]
Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.


Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Taman Merlion, Singapura. REUTERS/Edgar Su/File Photo
Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.


Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Booth BYD di PEVS 2024. (Foto: Gooto/Dimas Prassetyo)
Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.